Selasa, 29 Maret 2011

Chapter 49 : LUCKY BASTARD

2 March 2011

 

Fortune Teller.

Dear Lucky… Do you know that you’re blessed? You don’t even have to try so hard to get what you want.

“So Lucky… Let’s get out from this Spooky Fortune Teller-Booth!” bisik saya kepadanya.

“Psstt! Udah giliran nih. Masuk yuk!”

Untungnya ya, ini fortune tellernya lesbo, jadi mau nanya apa aja, HAYUK !

Peruntungan? Masa depan? Future love? Future husband? Atau butuh ‘dibaca’ aib-aibnya sekalian? HAYUK!

“Tapi enggak pake acara sembur-sembur air ke mukak kita ala video klipnya Mbah Dukun si Alam punya kan?” tanya Keith. Agak bocor juga ini anak. Dikira kesini mau ngusir orang kesurupan kali yak.

“Heh! Lu kira ini acara cum-shot ala bokep jepang?” toyor Lucky.

“Heheheee…” gak lucu nyengirnya!

This Lucky is super addicted to any kind of prophecy.

Paling enggak sebulan sekali, harus lah yah ke fortune-teller. Enggak terima dengan ramalan yang jelek, dia pindah ke fortune-teller lain sampe nemu ramalan yang enak di telinga.

“She’s good, loh. Jadi elu kalo mau nanya future ada jodoh cewe apa enggak, elu jangan tengsin. Dia bahkan bisa nebak kadar ke-bitchian elu.” Lu kata dia alat pengukur goncangan gempa kalee!

Okay. Let’s just get in and hear what she’s going to say.

BRING IT ON, YOU LIONESS BUTCHY LESBO!

--

Dear Lucky… Do you have to close your eyes and pick random cards with butterfly in your stomach? 

Do you have to?

“It’s a heart!” Lucky teriak girang.

Si lesbo geleng-geleng. “Jangan girang dulu ya… Ini gambar hatinya kebalik.” Ngeeek.

“Artinya, Bo?” Heh? Lesbo apa kebo maksudnya barusan?

“Artinya… Kamu sudah ngincar satu orang dua tahun ini ya? Dia enggak minat sama sekali ke kamu. Lagipula kamu bukan type dia. Saya enggak ngeliat tuh gambaran kamu dan dia di kartu ini atau masa depan...” OOH SNAP! SHE DID NOTTT!!

“What did you just saiddd?” dia melengking. Is that silly high voice just came from a boy?

Saya dan Keith sampe nutupin mulut yang udah mangap gede pake telapak tangan. Mau ketawa tapi sungkan. Mau ngikik tapi perih juga dengernya.

“Jadi? Gimana dong?” tanya Lucky panik.

“Lebih baik kamu menyerah...” Tambah si lesbo.

“Boleh ambil kartu lagi enggak?”

“Mau nanya apa lagi elu?” tanya saya.

“Mau nanya tentang sifat-sifat saya yang harus dikurangi, itung-itung biar dia melengos ngeliat saya dikit, gitu...” Sinting. Muka tembok bener ini bencong.

Seriously, Dear Lucky? Elu enggak butuh ngocok kartu lagi dan milih satu kartu lagi cuma buat me-review sifat elu.

YES! Elu cuma butuh kaca seukuran kamar pas plus temen-temen elu yang pedes mulut ini buat bilang apa yang salah pada diri elu sampe elu kaya gini sekarang.

Dua tahun elu nungguin cowo maha sempurna itu tanpa kepastian. Sekarang alih-alih merubah sifat bitchy, malah elu meraung-raung ke peramal, minta wejangan, minta direview sifat elu pula. Blehh!

Dan si Mbak lesbo cuma mesam-mesem ambigu.

 

The Fortune Cookies.

Yay! Dimsum for three!

Si Lucky masih manyun, dongkol dibilang sifatnya jelek dan bawa sial. Sampe-sampe cowo impiannya ignoring dia. “Eh gua disuruh ke peramal satu lagi nih, katanya dia…”

Saya memutusnya. “E -to the- Nough! Nama elu itu Lucky! Elu enggak usah bingung masalah masa depan percintaan. Elu engga lihat dua tahun belakangan itu cowo cakep lainnya antri nungguin elu? Lihat tuh Keith, elu liatt! Nahas banget nasib tuh anak, dua tahun dimainin doang isinya!” Eh salah ngomong. Dilempar sumpit deh sama si boti kekar.

“Jadi gua mesti gimana dong?” tanyanya sambil mengunyah ceker ayam tanpa nafsu.

“Kadang ya, silent is gold. Jadi elu diem aja. Elu diemin itu cowo impian elu, ambil cowo lain yang mau sama elu aja.” Kata saya.

“Yeah… Translation: silent is stupidity, kaya nunggu arisan yang enggak dikocok-kocok gelasnya. Never take chances.” Kata Keith memicingkan matanya ke saya. Bangke juga nih anak balesnya.

Dear Lucky… Poor you honey, poor you! Elu ternyata butuh seorang fortune teller buat ‘nampar’ muka elu dan menyadarkan elu bahwa elu itu ‘ungrateful’ selama ini.

Poor you! Elu bayar dia lima puluh ribu cuma buat bilang “He’s not in your card, don’t be so frickin pushy and demanding!”

There’s the dessert. “Aww fortune cookies!” Ambilnya kilat. Ga sembuh juga nih anak dari kecanduan ramal-meramal.

Lalu Lucky merematnya hingga hancur, mengambil kertas dan membukanya. “Eh tunggu, sini gua aja yang bacain!” rebut Keith.

“Isinya apaan?” tanya kami.

“Message in fortune cookies : IGNORE PREVIOUS COOKIES,  AND IGNORE THE NEXT COOKIES.” katanya lantang sambil kemudian menyobek kertas kecil itu.

“Boo!” hujat Lucky. Dan saya pun terkekeh.


By. C


Tidak ada komentar: