Rabu, 08 Desember 2010

CHAPTER 41 : The Pink Jungle

27 November 2010

 

Hall of Toothbrush

“Morning... Smooches. Can I use your  bathroom before I go?” cium saya ke pipinya. Dijawab dengan anggukan kecil dengan mata tertutupnya.

I’ve been dating with this hot mess for a week, dan baru sekarang sempet nginep disini.

Tadinya cuma niat cuci muka dan kumur-kumur terus pulang diam-diam.

“Hei.” Peluknya dari belakang tiba-tiba setelah masuk ke bathroom kecil itu.

“Lupa bilang. Itu kalau butuh toiletries, lacinya disini.” Tunjuknya sambil membukakan.

“Wow.. Thanks room boy. Now get back to sleep.” Cium saya lagi.

Hmm.. Hebat juga. Dikamarnya yg berantakan ini, rasa hospitality-nya masih ada. Di laci itu ada macam-macam toiletries. Beberapa merk shampoo, sabun batang, dan jajaran sikat gigi bermerk sama yang masih tersegel.

I pick the turquoise one. “Norman. Dimana toothpaste nyaaaa?” teriak saya.

“Dibelakang kacaaaa…”

There I found it. Belasan atau mungkin puluhan sikat gigi bermerk sama dengan variasi warna lainnya, menyatu di satu gelas. Bagai melihat puluhan tusuk gigi dalam satu pot.

“Ini orang Obsessive Compulsive Disorder ya, sampe ganti sikat gigi tiap hari?”

DEFINITELY NOT THAT OCD kinda thing!

Dilihat dari belasan sikat gigi itu, kayanya masih baru sekali pakai semua. Sikatnya masih rapi, gagangnya masih mulus. Tapi bekas pernah dipakai, kelihatan. (Why am I being Sherlock Holmes for this shit?).

OH YEAH! Disebelah pot sikat gigi itu, ada pot lain lagi, kali ini isinya sikat gigi kelihatan sering dipakai. Sikat rada soak, dan paling beda dari lainnya. Sudah pasti ini punya si master!

“Why do I have a feeling like I’m not that special to him?” pikir saya sambil menggosok gigi.

“Dammit..! Lagian kenapa juga itu cowo-cowo yang pernah sleepover disini, kudu ninggalin sikat gigi itu disini? What is it? Some kind of HEY I’VE BEEN HERE-MARK?!” gosokan saya makin keras.

HOEKK! CUHH!

Hey, once-used turquoise toothbrush. I apologize I have to break you into two pieces, and put you into sinkhole after that.

Cuz I’m not that ‘been here’ kind of Boy. And I’m sure u better ended up like this.

Love ya! Muaach!

Then as I walk home, I’m beginning to think, “Kenapa tadi gua buang segala ya? A big fat denial that I had sex with that guy?! Am I just jealous with the other toothbrushes? Am I just being hypocrite?”

Damn it to hell! Enggak tahu harus nyesel atau bangga lah ini.

 

Lions in The Pink Jungle.

“I fucked him. I fucked him. Oh there’s too, a men with lousy hair-do, I fucked him twice.” Kata Keith sambil menunjuk.

Saya menunduk malu setelah seorang tante dan dua anaknya melihati kami di kursi seberang. “Would you stop tagging those men? I’m mortified!” bisik saya.

“Ohh! I fucked him, too !” girang Cyrrus. Damn these dumb and dumber! Kondangan begini kok ya masih sempet ginian.

“Asik tau! Rasanya kaya elu main filateli. Koleksi tazos. Ngumpulin stamp es krim.” Kata Keith.

“Emang bangga ya nunjukin ke orang kalo elu pernah sama dia?” tanya saya, sambil masih keinget jajaran sikat gigi tadi pagi.

“Imagine me as a Lion in the big freaking pink jungle. I’m the king of the pink jungle. I love to pee on every tree in the pink jungle. Peeing my rule spot with my scent mark. Jadi binatang lain tau kalo itu daerah kekuasaan gua. Atau paling ga, biar mereka tau kalo gua duluan yang disini.” Jelas Keith panjang.

“My point exactly! Monopoli itu perlu!” please yeh Cyrrus, ga ada hubungannya!

Lalu saya cerita kejadian tadi pagi.

“Norman? That banker guy? Never. Not my type.” Jawab mereka serempak. Lega sedikit.

“Nah terus kenapa elu buang sikatnya ke lubang pispot? That’s stupid, gurlll!” Cyrrus makin lantang, dan tante yang lagi nyeruput soup itu makin melotot. Hadeh!

“Cuz I think its crazy!” bisik saya mendesis.

“Emang elu-elu pada dapet apa sih? Trophy?” tanya saya lagi.

These dumb and dumber geleng bersamaan. “Kaga sih. Cuma biar binan lain tau aja kalo gua yang pake duluan.”

Keith punya jawaban lain, as always. “Pride. Biar nama gua semakin naik di dunia persilatan ini.”

“Omigod, Keith! Itu kan Luke, idola elu di gym! I fucked him last week!” Seru Cyrrus tiba-tiba. Keith menganga merasa kalah keduluan.

Then I’m wondering… If winning isn’t everything, why do they keep score?

 

--

Malam setelah itu, saya balik ke flat Norman lagi.

Norman letting me in. “Hey. I was about to go.”

“Its okay. Cuma mau minjem wc kamu sebentar. Lima menit doang. Kebelet bangettt. Tungguin ya.” Norman kemudian mengangguk.

I didn’t brush my teeth after all. Cuma buka satu sikat gigi baru, yang warna turquoise lagi, membasahinya dibawah wastafel, kemudian menciumnya dan meletakannya dalam pot itu.

“There you are.” Saya senyum-senyum sendiri. I feel so much better, actually!

HEY, I’VE BEEN HERE!

THIS PLACE IS MARKED! =D

 

By.C