Rabu, 16 Maret 2011

Chapter 48 : Sweet Recovery

28 February 2011

 

The Last Man Standing.

Royce duduk menunggu lumayan lama diruangan kecil dan remang itu. Mengingat semua yang terjadi : first sex, second sex, latest sex, orgy, swinging, snowball, bukkake.

You imagine it, he did it.

Royce menggenggam kedua tangannya. Erat. Tanpa celah barang secuil untuk cahaya masuk. Sambil mengingat, semuanya dia lakukan tanpa ‘kulit kedua’.

Dulu dia boleh berkelakar pada semua partner-sex yang kalau udah ditotal, melebihi isi satu box korek api. “To hell with the condoms. Want to play or not?”

Royce… Termenung. Kenapa semua yang dia ingat hanya ‘BAREBACK & BAREBACK ? Enggak ada satupun yang pake ‘helm’.

“Bapak Royce? 28 tahun? Maaf, anda positif terjangkit HIV.”

Dan Royce seketika berasa mati ditempat. Russian roulette is banging right on his face.

Royce sekarang harus menghadap kekasihnya, seorang pria yang baru saja mendapatkan semua impiannya : jadi general manager hotel, latest SUV car, nice little house, dan Royce yang baru dipacarinya enam bulan.

IT’S A BOMB! TOTALLY! Damian bakal marah besar!

Okay, then he drops up the bomb after dinner. “Damian. I am HIV positive. Now you can kill me for what I’ve done in the past.”

Surat hasil test itu diberikan pada Damian, menunjukkan kalau Damian juga positive HIV.

Tidak adil rasanya. Mengingat Damian bukan player diluar sana dan ‘always do the safe sex’. Track record Damian luar biasa bagus sebagai gay.

Damian ikut bersimpuh sambil memandangi Royce yang menangis keras dilantai pantry. “Enggak apa-apa… Kita jalani bersama ya. Kita recovery bersama… Jangan takut.”

HAH? REALLY? Saya dengar cerita itu dari Cyrus barusan? Forgiven? Just like that?!

Dan sekarang kita bertiga sedang menuju villa di perbatasan kota, jauh disana, mau menjenguk mereka. “Elu tau enggak, setelahnya, Damian melepas pekerjaannya, menjual semua asetnya, terus beli villa super lovely buat menenangkan keadaan.” Tambah Cyrus.

“What a sweet recovery.” Keith takjub.

“I know, right! Sekarang sudah setahun berlalu, dan mereka masih baik-baik saja sambil minum belasan pil setiap harinya plus general check-up sebulan sekali ke kota. Ditemani dua Siberian husky, dua perawat, dan kebun bunga extra luas.”

“Eh Cy, mental mereka ancur ga?” tanya saya lagi.

“Awalnya… tapi sekarang mereka makin menerima keadaan. Spiritualitas mereka lebih kenceng. Malah mereka bilang udah nemuin apa itu happiness.”

“Yes. This is how universe work. Pertama bisikan, kedua lemparan kerikil, ketiga baru tabrakan besar. Baru mereka tahu apa itu happiness atau shit happens.” Simpul saya.

“They’re still in love?”

“Kalau akhirnya yang berdiri terakhir disamping elu adalah satu-satunya orang yang mau nerima elu dalam kondisi terburuk elu, masih mau cari lainnya, lu? Dodol banget lu, Keith.” Hmmm. True.

“Now I got the feeling that condoms are like raincoats in the Sahara.” Kami mengangguk bersama.

For me, condoms just like : it does more, it cost less, it’s THAT SIMPLE.

 

Dying Lovebirds.

Kami duduk berlima di kebun bunga itu. Udah mirip acara foto-foto formal foto kebun pokoknya. Piknik kecil di sore hari.

“Kalian kok malah kelihatan better than ever yah… Makin seger. Makin subur. Makin tambun. Makin… Hidup!” peluk Cyrus kearah mereka.

“Kejadiannya udah tepat setaun lalu loh.. Now I know what love is. Its something when you tell someone something ugly about yourself, then you’re scared they wont love you anymore. But surprisingly, they love you even more!” Kata Royce.

Awww. What a sweet lovebirds!

Lalu Royce memeluk Damian erat. “It feels good to hear someone says ‘take care’. But it feels sooo much better to hear someone says ‘I’ll take care of you…with all my heart, with all my life’.”

Damian menciumnya lembut. “Memang kadang menakutkan mencintai orang dengan sepenuh jiwa dan hatimu, dan memberikan semua yang ada darimu. Karena bisa saja, mereka meninggalkanmu TANPA KABAR APAPUN. But Royce doesn’t. He tells all and I’m ready to stand beside him... for the rest of my life.”

Omigad! We could cry in this rose garden! No way! Sooo not my scene!

We had big laughs. We had a good time. Let’s not talking about death and dying people for a while.

“Terus gimana dong kalian having sex-nya.” And it’s broken by Cyrus’s silly question. Groarrr! This little sex monkey!

Royce dan Damian ngakak. “When someone is HIV-positive and his partner says ‘I want to have sexual relations with you.’ He doesn’t have to do that. But when he does, he has to use condom.”

“Always asked a guy to be tested and to use protection, otherwise you’re playing Russian Roulette.” Tambah Royce.

Ahhh. Condom. One biggest problem solved by the simplest thing.

“Listen to me guys, Sex is funny, and Love is serious. Don’t mix those things up.”

“Sir, yes, Sir! Don’t worry, some people just use one condom, but we use tons.” Kata Cyrus pada Royce.

“Kita? Ah itu elu aja satu ton! Sampe dibuang keluar atmosfer pada berhamburan, jadi sampah luar angkasa!” toyor Keith.

Now people, COVER YOUR STUMP BEFORE YOU HUMP!

Yes people, WRAP YOUR WHACKER BEFORE YOU ATTACK!


 

By.C

 

 

1 komentar:

Anonim mengatakan...

this is very educative and superb..
very well written and very touching..
looking at the other side from glamour life of a gay people..

honest and bittersweet..wow..