Rabu, 24 Juni 2009

Chapter 5 : Who’s Hornely..?

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.

Rabu, 03 Juni 2009

Chapter 4 : Irony of Moronic Love.

April  21, 2009

 

The Smart Men in Love.

Him : “C.. what do u think about marry a woman? My boyfriend asks me to…”

Me : “Who’s your boyfriend- slash stupid- slash arrogant- slash jerk ?!”

Disingkat sajalah yah. Jadi pacar barunya itu minta si Jack untuk nikanin cewe karena bf-nya ini dalam waktu dekat mau nikahin cewe, dan si Jack disuruh ikut nikahin cewe lain biar nanti kalau selingkuh engga ketahuan.

“I DON’T GET IT!!” balas saya dalam sms itu.

Sangat tidak logis dan bikin orang mau banting hape aja baca sms begituan. Memangnya kalaupun terlaksana, mereka bakal gayly-happily ever after, main-main dibelakang terus?

Saking cintanta sama bf-nya itu, si Jack sampai bingung luar biasa. Etos Kerjanya jadi kacau, tiap malam sebelum tidur mikirin masalah ini pula.

What a torture! “I’ll kill that moron butthead!” batin saya.

“Janganlah Jack, itu bodo banget. Make sure aja, kalaupun suatu hari kamu nikah, itupun karena kamu mau dan bukan maunya dia!” Dan sms ini tidak dibalasnya kemudian.

Malamnya sebelum tidur saya berpikir, si Jack ini bukan orang bodoh lho. Berhasil ambil gelar Master di Toronto saja gara-gara beasiswa, disakitin dua kali seharusnya membuat hatinya makin solid, bukan lembeng begini.

Smart men stupidly in love... so ironic!

Text dari messenger itu masuk lagi sebelum saya benar-benar lelap. “C.. kepikiran nih. Gimana dong? Pusing banget!!”

“Mmm.. pikir deh, kalau misi itu dijalanin, berapa wanita yang bakal kamu sakiti? Dua kan? Dua! U seem like a giant-jerk for me, now…”

“Hey C.. I don’t want to be that kind of monster.”

“Then don’t be.. =)” balas saya, dan langsung mematikan BB untuk kemudian tidur. Dan tak ada balasan esok paginya.

 

The Stupid Men in Love.

Lain orang, lain cerita. Dan yang ini kalau diingat-ingat jadi sebal sendiri.

Ada anak dibawah umur yang manfaatin boyfriend-nya habis-habisan. Ya materi lah, ya batin lah.

Laporan laper, makanan dikirimin. Minta kado hape, dibeliin! Walau si Koko ini sampe-sampe batal ganti hape demi dia.

Sampai suatu saat sinyo kecil ini main api dengan orang lain, dan... Si koko ini memaafkannya dengan sekali ‘make-up sex’! Malahan si Koko bilang sama sinyo ini untuk jangan lupain dia dan paling enggak sediain waktu buat dia.

Lalu suatu hari si Koko ini resmi deketin saya, dan dia bercerita btapa dia ingin melupakan sinyo keparat itu. “Okay, lets try one date…”

Dengar cerita tentang  si sinyo (yang dulu saya kenal masih alim dan malu-malu kucing… sekarang merangkap kucing beneran!), saya jadi kesal.

Lalu telepon si Koko ini berdering, saya diperbolehkan menjawabnya setelah dia mengijinkan, “Hai nyo.. Cari koko elu ya? Bukannya udah putus minggu lalu? Atau elu mau pinjem credit cardnya buat jajan?” langsung telepon itu dia tutup dan koko itu terbahak. Dalam hati saya sungguh puas. One big slap to one big boy-whore.

Seminggu kemudian, saya tak sengaja menemukan dia… dan sinyo bencong itu sedang mengantri coffee di depan tempat saya dan teman-teman duduk.

“Jadian lagi tuh?” text saya segera.

“Hehe, can’t deny it.” Okay, that boy wins the game for this time!

Saya tidak mau balas dan lebih memilih ngobrol dengan Keith dan Cyrrus tentang Hugh Jackman.

Dia text lagi, “Let’s do another dinner, yuk! Besok!”

“Sorry, I don’t date stupid guy.” SENT.

 

By.C