Minggu, 21 Februari 2010

Chapter 14 : Facebook, Betina, and Banana

6 February 2010

 

I wanna make love.. Ba-na-na-na…

Kemarin saya bikin account facebook kedua saya. Bukan karena yang pertama sudah over-quota ataupun kena hack loh ya. Tapi takut aja, sebentar lagi imlek. Dan pasti sepupu-sepupu entar pada kumpul, pasti minta-minta facebook saya. Belum lagi katanya sekarang para HRD itu, percaya enggak percaya, ngecek account fb kita juga lho sebelum nerima kita kerja.

Nah kalo itu HRD ngecek account pertama saya, pasti otaknya langsung berseru : HOMO! Takut ketularan! Skip!

“Ya iyalah! Account lu itu ada foto BF elu, ada temen2 homo elu, ada blog homo elu, ada baju-baju homo elu. Dan satu yang pasti, MUKA HOMO ELU!” Sialan bener itu mulut ya Keith! Plakkk!!

Yaudahhhh! Buat account baru deh. Yang ini isinya khusus cewe-cewe yang masih waiting list di account pertama. 

Subsidi silang, ladies! Hihihi =p

Di account baru ini, rada males sih ngurusnya. Rata-rata itu cewe kok pada genit-genit ya. Nge wall terus lah, add yang sehari bisa delapan lah (congkakkk! Haha), dan semua terhubung dari betina-betina itu.

“Thanks vo d add ^^”

“Intro plzz…”

Mirip semua. Kalo Homo yang nulis begituan, udah saya balesin, “Heh wadam, yang nge add itu lu apa gua sih? Mau intro? Baca noh info di facebook!”

Tapi berhubung ini cewe, dan enggak tega karena mereka mahluk hasil hybrid kita. Ya akhirnya saya balas seramah mungkin.

Akhirnya, ada satu message dari seorang betina. Masih ijo, masih gemesin, dan (kelihatannya) masih polos. Saya dan Betina, sudah seminggu ini intense saling berbalas message via facebook. Dan kayanya dia mulai ke-GR an deh (sumpah ya, godain atau muji dia pun kagag! Ga doyan juga!). Akhirnya saya sampai di satu keputusan : ngaku homo deh, kasian juga nih cewe. Pake acara ngajak kumpul bareng temennya segala.

Jantan            :            boleh ngomong sesuatu ga, Mei?

Betina             :            apa tuh ko2? ^^ ngomong aja.. gratis kok. Xixixi.. (haizz)

Jantan            :            Ko2 ini binan lho.. (enggak berani langsung nembak kata HOMO/gay/maho/sekong/ apa dehhh.. sesuka suka elu!)

Betina             :            ^^? Binan apa ya ko? Mei ga ngerti. Jelasin dong..

Jantan            :            binan itu.. maniak sama pisang. Kalo ga makan pisang sebulan aja, bisa gatellll…

Betina             :            waaah! Mei-mei juga suka makan pisang kok ko ^^ tuh mama juga nyimpen banyak pisang. Ada dari Ambon, Australia, Raja, dari tetangga juga ada. (wooogh! Disini saya mikir, selingkuhan maminya banyak benerrr)

Betina            :            Kokooo.. Mei juga maniak pisang kok. Yaudah, ntar makan pisang bareng yuk. ^^

Tuh kan… Ambigu kan.. Di pikiran saya sekarang, ini cewek kecil umur 15 taun ngajak 3-some kali yah… Dua pisang, dimakan satu gorilla betina. Mama gorilla betina, kalau mau nyoba, silakan deh. Pasrahhhh!

Jadi serba salah. Mau jujur, jujurnya kok sama betina beginian yang selalu mis-konsepsi.

 

 

Pisang and The Pussy-tat

Betina! Open up your eyes, and ur ears!

Yes we love u, but still, we don’t eat pussy! We ate Cock! Iya cock!

Yes we love watching red carpet session. Tapi tahu nggak sih? Kita bukan nunggu adegan nipple-slip si scarlett johhanson. Tapi kita lagi berimajinasi lagi bayangin diri kita jadi scarlett, dan memakai valentino dress itu.

Yes we love Megan Fox! Once again, kita lagi mikir. Seandainya muka kita kaya si Megan, bayangin, udah berapa kali panen pisang tuh kita.

Yes we loovee Miss Universe, apalagi swim-suit session… (and imagine, “gosh, I want to have that racks, if I were a girl"). Dan mulut kita bisa lebih pedes nge-judge fisik mereka kurangnya apa.

Yeah rite, we hate football. Dan rasanya demam piala dunia besok, kita bakal lebih milih ngulang dvd-dvd nya sex and the city aja deh..

So, Betina. Cari Bananamu sendiri, and don’t ever share the same banana with me. 

(Dan saya memutuskan untuk tidak membalas message si MeiMei Betina itu lagi)

 

by.C

Senin, 15 Februari 2010

Chapter 13 : Making Money, Making Honey (Part2)

January 18, 2010

 

Para-shit.

Ada sedikit rasa bersalah sih abis bicarain si Rafael sama anak-anak kemarin. Padahal kan saya juga belum tau apa background dia. Siapa tau dia ini, dia itu..

So, I decide to got to his place, as I promised to him the day before. “Haaiii Rafael!” senyum saya, yang jangan ditanya, palsu pastinya.

Saya lagi-lagi duduk menghadap jejeran foto mereka. Kami seperti lomba diam pada menit pertama. “So… Free today?”

“Every single day..” dia senyum balik. Lega sedikit saya jadinya.

Enggak tahu gimana, dia nyerocos sendiri soal tetek bengeknya. Mulai dari dia putus kuliah karena ditarik jadi salah satu model salonnya Om Wijaya. 

“Dulu aku bukan gay.” Well, now u’re so gay with that very tight yellow topman shirt, kata saya dalam hati. (Jadi kucingnya father of gay pula, hihihi).

“Dimana keluarga kamu sekarang?”

“Ada, di pedalaman manado. Mama, Papa, masih komplit semua. Aku lari dari rumah karena dulu dipaksa kerja nelayan, padahal maunya kuliah. Eh malah kuliahnya kesendat di tengah jalan gara-gara malas kuliah dan keenakan di modeling.”

“Keenakan dipenuhi semuanya ya sama si Om?” Oh Lord! Forgive me for this error split-tongue.

Rafa menunduk sebentar, lalu mukanya jadi kaku. “Did you just judge me?”

Oke, saya paling muak dengan yang namanya simpenan, kucing, benalu, paras(h)it, kutu dalam rambut, apapun itu! “Yes I just did. Not because of who you are, but for what u did.. And just so you know, why don’t you try to make your own path? Geez, I bet you’re not happy at all, and.. Oh! Do u even love him? Guess not!” There! I say it in front of his face. Tanpa jeda, tanpa nafas! Lega!

“At least my bags are Vuitton! Not GAP like yours!” Damn! Did he just mocking my white GAP oversized-bag. He’s sooo crossing the line!

“I bought this from my first writing salary, not by selling my soul to the the most sissy gay alive!” Arghhh! Udah di ubun-ubun ini.

Matanya tiba-tiba jadi berkaca-kaca. “Is there any word…? Again? More?” jujur, saya jadi feel guilty sedikit.

“Look.. I didn’t meant to judge you. Who am i? An angel? But I just cant stop thinking, why u choose to be a… person like this?” Hampiiir keceplosan kata Man-Whore.

“There was a sad little boy, 20 tahun yang lalu. Yang harus kumur dengan air garam sebulan penuh, dan orang tuanya tetap tak mampu mengajak dia ke dentist.”

Saya trenyuh sedikit, “And now, there’s a men, yang bangga karena mendapatkan semuanya, tetapi itu bukan miliknya.”

I don’t feel guilty at all by now! Why?

Karena 5menit sebelum saya pamit pulang, dia ngajak threesome dengan Om Wija yang barusan sampe rumah itu untuk makan siang. Taik kukang!

Ga tau udah berapa orang yang kena jebakan mereka ini.

 

---

Sorenya saya memeluk Cyrrus lama banget, masih merasa dipermalukan kejadian tadi siang.

“Gua kalo udah gede, mau jadi working bee ah.. Terus making honey, baru bisa making honey!” Cyrrus ngelantur sendiri.

“Kaya Om Wija dong, dodol!”

“Yucks, Keith! My physic is waaay better! And honey, as a shark, I wont let any parasite fish swims under my belly. NA-AH!”

“Aaaa.. I’m so proud of u, Baby C!” peluk saya lebih erat.

“Iya lah, kan no money, no honey.”

“Asal elu jangan no honey dan no money aja, apes banget dengernya.”

Sialan Keith!

 

By.C

Selasa, 02 Februari 2010

Chapter 12 : Making Money, Making Honey (part 1)

January 21, 2009


Suspicious Mind

Saya sampai juga di depan pintu apartment dua kamar itu, “Wow.. nice flat,  fancy furniture, and stunning carpet! Lantai 9 pula!”

Rafael menaikkan alisnya, “Yep, it's the best floor to see a prfect horizon tiap subuh, kan?” pria ini baru saya kenal lewat facebook lusa kemarin. And I was freaking out when I knew he lives in my dream building and has my favorite sport car! He is sooo me, in the next 7 years! =p

So, I went to his place and brought him some cupcakes buat alibi masuk ke tempatnya. “U can call me ndeso dan norak, tapi ini kamar utama bagus banget sihhh. And gosh, look at your closet! Its every gay’s dream!”

Dari tadi si Rafa cuma mengekori saya yang ‘touring by myself’ dengan mimik muka datar sambil senyum-senyum secuil. “Chris, behave! He’s getting bored by you!” kata saya dalam hati. Ou-Ow…

Duduk aja ah!

Lalu saya duduk menghadap jejeran pigura-pigura kecil di meja depan. Ada foto-foto si Rafa dengan background Maldives, Egypt, Marrakech, Tokyo.. dan LIBERTY STATUE! NEW YORK I LOVE U! “Damn…” saya cuma bisa gigit bibir sendiri.

“Siapa nih yang difoto kamu ada terus? He seems familiar. Dia Om Wijaya kan? Is he your Daddy?” dia langsung salah tingkah dalam diamnya.

“Well.. I haven’t told you something.. He’s my hubby. My boyfriend.”

Saya menganga selebar yang saya bisa. “HAH?!?! SINCE WHEN?”

“Mmm… Sudah jalan 4 tahun kayanya. Since I was 23years old.

“Errrmm.. Rafa, I think my friends is calling me, hold up a second.” Padahal cuma bunyi broadcast message dari blackberry yang ga penting, tapi saya mau pura-pura nerima telpon aja ah.

“Halo Keith? Ya? Ok? Sekarang? Ok?” Sekarang apaan? Ngentotin celeng? Pasti Keith jawab gituan kalo tau namanya dibuat alesan. Hihihi.

“I got to go now.” Saya gelagapan ketika dia tahu-tahu menghadang saya menuju pintu exit. Kok dia jadi murah senyum gitu.

“Promise me, u will be here tomorrow..” saya mengangguk ngeri.

“Will do.”

 

 

Rumor has it..

For heaven sake! Maroon Sofa! Thanks Lord I’m already here! “Damn shit! Kenapa elu? Kita sampe bolos ngampus ini!” Keith dan Cyrrus tiba terlambat.

Lalu saya cerita semuanya. Dari granite floor nya, vuitton luggage, sampai foto-foto yang ada Om Wija-nya. “Dih, secakep itu mau sama gadun kayak Om Wija? Banci salon! Kucing! Pasti dulunya kucing jalanan tuh, sekarang evolusi jadi kucing anggora yaa..” Keith langsung nyerocos.

Cyrrus ada cerita, katanya Om Wija itu (Bukan Ko Wija yaaa. Om Wija! Kalo perlu, skalian Grandpa Wija. Secara, umurnya 50an) bisnisnya bukan cuma fanchise salon, tapi juga agency model dan talent. “Mana model-modelnya dia juga peliharaan semua pula! Gua trauma deh kalo inget dipaksa dia buat masuk di agency dia. Kayak gua kurang duit aja sampe harus minta om-om buat bayarin tagihan hair spa gua.” Dih..

Saya masih shock, “Terus ya, gua kok heran dan baru tau Om Wija ada pacar tetep gitu.”

“Diumpetin kali!! Gua denger, mantan-mantan dia semuanya ga boleh koneksi sama dunia luar. Ga boleh temenan, tempat gym si Om yang nentuin, dan sekalinya ketahuan main belakang, hilang deh tuh BMW, Helmut Lang, sama Vuitton nya.” Keith langsung mandang ke Cyrrus.

“Keparat lu Keith! Daripada jadi kucingnya Om Wija, I’d rather go with Green Bag bikinan Carrefour sama naik andhong keliling Jawa deh!”

“Yeah. We can afford ourselves lah. No need some sugar daddy to get us some candy.” Simpul Cyrrus.


“Aiyoooh, gua lupa nagih oleh-oleh dari Ko Albert dari Hongkong. Lumayan Gucci palsu.” Kata Cyrrus lagi tak lama kemudian.

“Kucing mini lu, dasar!!”

 

Saya masih mikir.. besok datang lagi gak yah..

(to be continued)

 

by.C