Minggu, 15 Mei 2011

Chapter 54 : He’s Flying Solo.


to the moon and back.

“I hate wedding party! And I hate flying solo!”

That was Melvin. Itu tweetnya barusan. Dan sekarang lagi ngeluh ga brenti-brenti di pesta temennya lewat messenger ke saya.

“Ngapain juga elu pake datang kondangan segala sih? Gua aja males!” balas saya.

Ngapain coba? Setelah high-school drama berlalu enam tahun lamanya, tiba-tiba semua teman elu pada nyebar undangan nikah.

April brides. August grooms. November weds. BLEH! Dan mau enggak mau, harus datang setor muka biar dikira enggak ngilang dari peradaban.

“Paling males kalo ditanyain ‘sekarang kehidupannya gimana?’ kinda question deh. Itu antara dia kepo, atau mau bandingin kehidupan gua sama kehidupan dia.” Bener juga kata Melvin. I hate that, too.

“Dan?”

“Dan gua lagi nangis sesenggukan di toilet sekarang. Be right back. Talk to you later.”

Ga heran sih. Wedding can bring me tears. Antara terharu. Atau miris ngeliat kenyataan bahwa saya enggak bakalan pernah berdiri di altar itu.

Lima menit kemudian… “Really Chris. Cuma gua yang single disini!”

Melvin. Apes bener ini anak. Seumur hidup, dia enggak pernah absen punya gandengan. Lowong semingu, langsung jadian lagi. Lowong sebulan? No way, baby!

Nah sekarang lagi apes. Pas banget yak, pas nikahan temen SMA nya ini dia pas single. Pas enggak ada yang mau diajak jadi plus-one dia. Dan kalaupun dibawa, apa kata dedengkot masa lalunya? Serba salah!

“Maksud elu apa sih?” saya pura-pura enggak tahu ahh.

“Temen cewe gua yang gendut, tunangannya cakep. Temen cowo gua yang bantet, udah punya anak dua. Kepala sekolah gua aja udah nikah buat kedua kalinya! Is this some kind of wedding practical joke?!” Okay. Poor you. LoL

“I hate these scenes!” lanjutnya.

“Udah deh ya. Baru ngejanda lima hari doang. The best thing comes in the end.”

“No. All good things come to an end! Sumpah! I was the cutest boy in my school. Now I ended up alone in their eyes?! Catastrophic!”

It kinda hit me on my face. Twice.

 

all the single boys.

Genap hari kedelapan. Melvin masih single.

“Omigad! Salute!” toast kami berempat.

Oh btw, kami lagi di pesta kecil-kecilannya si Wesley.  He creates ‘Single Boy Party’.

Syarat nomor satu : harus single dan enggak pake baju hitam.

Judul invitation card-nya : Dedicated to all the single boys!

Alih-alih cari partner diumur dia yang udah tigapuluhan, si pemilik coffee-shop kesayangan kita ini tetep betah melajang.

“I’m marrying myself. Is that any better choice? Cheating is my agenda. Playing around is my hobby. No divorce letter. No guilty feeling. Toast to myself!” Yay! We love Wesley! Smooch!

“Elu engga pernah merasa hampa ya, Wes? Gua aja engga ada pacar seminggu, rasanya hampa loh. No one dates me anymore!” Tanya Melvin. Hadehhh nih anak.

“Damn you, hunger crotch! Bukannya elu udah makan semua? Kehabisan stock udahan!” Sentak Keith.

“My last relationship was a mess. Sekarang gua sadar, kalo gua ngerasa lebih hidup pas single, kenapa engga gua terusin aja? Your happiness is my emptiness. Your emptiness is my happiness.” Terang Wesley.

“Sumpah ya, gua sedih banget pas dikawinan temen kemarin. Rasanya kok gua ini bakalan ditinggal orang yang gua sayangin terus. Sakittt.” Melvin masih enggak terima.

“Melv, Suatu hari gua terbangun dengan kondisi begini. Tua. Sendiri. No Family around. Look at me. I’m old, but I’m happy. I’m not alone. Be surrounded by love from my friends.” Ahh… Wisely Wesley.

Melvin mulai agak tenang. “Chill out! Makanya gua adain ini single boy-mini party! Biar elu-elu pada nemu satu sama lainnya.”

--

Di mini party itu saya dan Wesley mojok berdua di balkon apartmentnya. Ngerokok bareng sambil cerita apa aja. “Are you really happy?” tanya saya.

“Seminggu ini temen-temen facebook gua profile picturenya pada foto pre-wed mereka. Foto kawinan mereka. Foto bayi mereka. Foto keluarga mereka. Menurut elu, Chris?”

Saya angkat bahu. “Ermm…”

“Tiap orang itu punya cara pandang sendiri-sendiri soal kebahagiaan.”

Wesley menghisap rokoknya dalam. “Friends getting married. Friends having kids. They’re chasing their rainbow. And I’m getting closer to be the happiest men on earth by days. With my own way.” Lanjutnya.

Saya langsung trenyuh. “I see happiness, there.”

Wesley tertawa lebar. “I’m flying solo. And I don’t give a damn.”

Toast!

 

By.C

 

Tidak ada komentar: