Senin, 15 Februari 2010

Chapter 13 : Making Money, Making Honey (Part2)

January 18, 2010

 

Para-shit.

Ada sedikit rasa bersalah sih abis bicarain si Rafael sama anak-anak kemarin. Padahal kan saya juga belum tau apa background dia. Siapa tau dia ini, dia itu..

So, I decide to got to his place, as I promised to him the day before. “Haaiii Rafael!” senyum saya, yang jangan ditanya, palsu pastinya.

Saya lagi-lagi duduk menghadap jejeran foto mereka. Kami seperti lomba diam pada menit pertama. “So… Free today?”

“Every single day..” dia senyum balik. Lega sedikit saya jadinya.

Enggak tahu gimana, dia nyerocos sendiri soal tetek bengeknya. Mulai dari dia putus kuliah karena ditarik jadi salah satu model salonnya Om Wijaya. 

“Dulu aku bukan gay.” Well, now u’re so gay with that very tight yellow topman shirt, kata saya dalam hati. (Jadi kucingnya father of gay pula, hihihi).

“Dimana keluarga kamu sekarang?”

“Ada, di pedalaman manado. Mama, Papa, masih komplit semua. Aku lari dari rumah karena dulu dipaksa kerja nelayan, padahal maunya kuliah. Eh malah kuliahnya kesendat di tengah jalan gara-gara malas kuliah dan keenakan di modeling.”

“Keenakan dipenuhi semuanya ya sama si Om?” Oh Lord! Forgive me for this error split-tongue.

Rafa menunduk sebentar, lalu mukanya jadi kaku. “Did you just judge me?”

Oke, saya paling muak dengan yang namanya simpenan, kucing, benalu, paras(h)it, kutu dalam rambut, apapun itu! “Yes I just did. Not because of who you are, but for what u did.. And just so you know, why don’t you try to make your own path? Geez, I bet you’re not happy at all, and.. Oh! Do u even love him? Guess not!” There! I say it in front of his face. Tanpa jeda, tanpa nafas! Lega!

“At least my bags are Vuitton! Not GAP like yours!” Damn! Did he just mocking my white GAP oversized-bag. He’s sooo crossing the line!

“I bought this from my first writing salary, not by selling my soul to the the most sissy gay alive!” Arghhh! Udah di ubun-ubun ini.

Matanya tiba-tiba jadi berkaca-kaca. “Is there any word…? Again? More?” jujur, saya jadi feel guilty sedikit.

“Look.. I didn’t meant to judge you. Who am i? An angel? But I just cant stop thinking, why u choose to be a… person like this?” Hampiiir keceplosan kata Man-Whore.

“There was a sad little boy, 20 tahun yang lalu. Yang harus kumur dengan air garam sebulan penuh, dan orang tuanya tetap tak mampu mengajak dia ke dentist.”

Saya trenyuh sedikit, “And now, there’s a men, yang bangga karena mendapatkan semuanya, tetapi itu bukan miliknya.”

I don’t feel guilty at all by now! Why?

Karena 5menit sebelum saya pamit pulang, dia ngajak threesome dengan Om Wija yang barusan sampe rumah itu untuk makan siang. Taik kukang!

Ga tau udah berapa orang yang kena jebakan mereka ini.

 

---

Sorenya saya memeluk Cyrrus lama banget, masih merasa dipermalukan kejadian tadi siang.

“Gua kalo udah gede, mau jadi working bee ah.. Terus making honey, baru bisa making honey!” Cyrrus ngelantur sendiri.

“Kaya Om Wija dong, dodol!”

“Yucks, Keith! My physic is waaay better! And honey, as a shark, I wont let any parasite fish swims under my belly. NA-AH!”

“Aaaa.. I’m so proud of u, Baby C!” peluk saya lebih erat.

“Iya lah, kan no money, no honey.”

“Asal elu jangan no honey dan no money aja, apes banget dengernya.”

Sialan Keith!

 

By.C

3 komentar:

Chris Liem mengatakan...

plz comment on this blog and choose as anonim if u dont have any google account =)
thx
.writer

Anonim mengatakan...

nice post..!
is it a reality story?
:)

= dave =

totoro mengatakan...

muhahahahahaha.....
damn.... the last word really hurt me though =.=