Selasa, 02 Februari 2010

Chapter 12 : Making Money, Making Honey (part 1)

January 21, 2009


Suspicious Mind

Saya sampai juga di depan pintu apartment dua kamar itu, “Wow.. nice flat,  fancy furniture, and stunning carpet! Lantai 9 pula!”

Rafael menaikkan alisnya, “Yep, it's the best floor to see a prfect horizon tiap subuh, kan?” pria ini baru saya kenal lewat facebook lusa kemarin. And I was freaking out when I knew he lives in my dream building and has my favorite sport car! He is sooo me, in the next 7 years! =p

So, I went to his place and brought him some cupcakes buat alibi masuk ke tempatnya. “U can call me ndeso dan norak, tapi ini kamar utama bagus banget sihhh. And gosh, look at your closet! Its every gay’s dream!”

Dari tadi si Rafa cuma mengekori saya yang ‘touring by myself’ dengan mimik muka datar sambil senyum-senyum secuil. “Chris, behave! He’s getting bored by you!” kata saya dalam hati. Ou-Ow…

Duduk aja ah!

Lalu saya duduk menghadap jejeran pigura-pigura kecil di meja depan. Ada foto-foto si Rafa dengan background Maldives, Egypt, Marrakech, Tokyo.. dan LIBERTY STATUE! NEW YORK I LOVE U! “Damn…” saya cuma bisa gigit bibir sendiri.

“Siapa nih yang difoto kamu ada terus? He seems familiar. Dia Om Wijaya kan? Is he your Daddy?” dia langsung salah tingkah dalam diamnya.

“Well.. I haven’t told you something.. He’s my hubby. My boyfriend.”

Saya menganga selebar yang saya bisa. “HAH?!?! SINCE WHEN?”

“Mmm… Sudah jalan 4 tahun kayanya. Since I was 23years old.

“Errrmm.. Rafa, I think my friends is calling me, hold up a second.” Padahal cuma bunyi broadcast message dari blackberry yang ga penting, tapi saya mau pura-pura nerima telpon aja ah.

“Halo Keith? Ya? Ok? Sekarang? Ok?” Sekarang apaan? Ngentotin celeng? Pasti Keith jawab gituan kalo tau namanya dibuat alesan. Hihihi.

“I got to go now.” Saya gelagapan ketika dia tahu-tahu menghadang saya menuju pintu exit. Kok dia jadi murah senyum gitu.

“Promise me, u will be here tomorrow..” saya mengangguk ngeri.

“Will do.”

 

 

Rumor has it..

For heaven sake! Maroon Sofa! Thanks Lord I’m already here! “Damn shit! Kenapa elu? Kita sampe bolos ngampus ini!” Keith dan Cyrrus tiba terlambat.

Lalu saya cerita semuanya. Dari granite floor nya, vuitton luggage, sampai foto-foto yang ada Om Wija-nya. “Dih, secakep itu mau sama gadun kayak Om Wija? Banci salon! Kucing! Pasti dulunya kucing jalanan tuh, sekarang evolusi jadi kucing anggora yaa..” Keith langsung nyerocos.

Cyrrus ada cerita, katanya Om Wija itu (Bukan Ko Wija yaaa. Om Wija! Kalo perlu, skalian Grandpa Wija. Secara, umurnya 50an) bisnisnya bukan cuma fanchise salon, tapi juga agency model dan talent. “Mana model-modelnya dia juga peliharaan semua pula! Gua trauma deh kalo inget dipaksa dia buat masuk di agency dia. Kayak gua kurang duit aja sampe harus minta om-om buat bayarin tagihan hair spa gua.” Dih..

Saya masih shock, “Terus ya, gua kok heran dan baru tau Om Wija ada pacar tetep gitu.”

“Diumpetin kali!! Gua denger, mantan-mantan dia semuanya ga boleh koneksi sama dunia luar. Ga boleh temenan, tempat gym si Om yang nentuin, dan sekalinya ketahuan main belakang, hilang deh tuh BMW, Helmut Lang, sama Vuitton nya.” Keith langsung mandang ke Cyrrus.

“Keparat lu Keith! Daripada jadi kucingnya Om Wija, I’d rather go with Green Bag bikinan Carrefour sama naik andhong keliling Jawa deh!”

“Yeah. We can afford ourselves lah. No need some sugar daddy to get us some candy.” Simpul Cyrrus.


“Aiyoooh, gua lupa nagih oleh-oleh dari Ko Albert dari Hongkong. Lumayan Gucci palsu.” Kata Cyrrus lagi tak lama kemudian.

“Kucing mini lu, dasar!!”

 

Saya masih mikir.. besok datang lagi gak yah..

(to be continued)

 

by.C

3 komentar:

Chris Liem mengatakan...

plz comment on this blog and choose as anonim if u dont have any google account =)
thx
.writer

Anonim mengatakan...

ciakakakka.. bodor2.. gw ktawa2 bacanya. ni true story ato boong2an??

totoro mengatakan...

naik andong keliling jawa....
muakakakakakakak...
jadi ngebayangin lu naik andong dengan pose menantang...