April 18, 2009
Saya mencak-mencak ketika diketawain oleh gerombolan sinyo-sinyo tanggung yang melihat saya memoles (baca : dengan cepat dan terkesan sembunyi2) lip-balm ke bibir kering saya di pojokan sofa coffee-shop. Mana sendirian pula! “Sun of a beach!”
Belum lagi ternyata lipbalm itu jatuh dan menggelinding ke arah berdiri, tempat dimana mereka mengantri. “Koh, ini lipsticknya jatuh..” kata seorang dari mereka sambil mesem2 dengan mata sipitnya.
“Ini lip-balm ya, nyooo.. bukan lipstick! Bukan lip-gloss! Apalagi gincu! Buat melembabkan, bukan buat aksi kemayu!” suara saya jadi bariton dan mata memicing bagai kucing ingin menghambur kencing. Dia berbalik arah cepat. Gara-gara ukuran biceps saya gede malam ini mungkin yah.
Tapi peduli setan, mereka tetap cekikikan! Coba kalau yang tadi balikin sinyo-sinyo binan juga, hmmm, “Koh, beli dimana merk ini? Bagusan mana sama punya nivea?” Bangke lah!
Dan kalau yang balikin seorang koko-koko binan, pasti… “What a cute and smooth lips that you have.. Wondering that lips giving me a head job..” ouchhh! Keliwatan. Gara-gara gincu 2inchi saja pikiran sampai sesinting gini.
“Mikir apa, buk!” toyor Keith ke kepala. Kemudian Cyrrus datang dengan seorang newbie untuk melengkapi sofa 2+2 kami. Dengan seorang gentleman. Perlu dideskripsikan gentleman itu seperti apa? I don’t think so.. Itu kasta tertinggi dalam sistem hierarki saya =p
Dia masih dengan kemeja putih lengan panjangnya, tergelung setengah, dan memesan… “One hot coffee, for a cold night like this, please..” pintanya sambil mengangguk ke waiter. Saya bisa baca gerakan bibir orang dari jauh, by the way!
Sir, salah kode.. harusnya, “Hot coffee, then I’ll eat you up right after this.. I’m begging you..” Pengen jedotin kepala ke tembok deeeh. Kok hari ini ngeres melulu yah.
“Okay, who’s that!” pekik saya ke Cyrrus dengan bibir memburu, sampai dia euch-euch sendiri sedetik. Namanya Jeremiah. Manggilnya Jerry aja. Jerr boleh juga. Asli bandung dan kena rolling kerja dari perusahaannya setahun dikota ini.
“Read my lips, I’m into you, I’m into you… I can’t resist…” lagu Kylie Minogue itu berhenti saya gumamkan ketika dia kembali ke sofa kami.
Read my.. lips! Again, please!
“What a cute and smooth lips that you have.” Puji dia tiba-tiba setelah kami berkenalan resmi. Oh-mi-eF-ing-god! One of my dreams will be come true! “Thanks.” Balas saya sambil senyum kecil, dan saya masih menunggu sisa akhir kalimatnya sebelum mimpi benar-benar terwujud.
“Pakai lip-balm merk apa kalau boleh tahu?”
Saya menggigit bibir sebentar, “Body shop.. kenapa?”
“Oh, i see, coba L’occitane deh. Lebih bagus efeknya.” Saya beku seperempat jam kemudian. Beku bukan karena takjub, tapi beku karena malu.
Kemudian yang terjadi malah Keith dan Cyrrus sibuk bertanya ‘Night Repair Cream’ apa yang bagus, bubble-bath soap aroma apa yang lagi digilai pecinta kecipak-kecipuk, sampai tips tentang mengompres mata dipagi hari dengan sendok dari perak yang sudah dicelupkan ke air dingin. Apa-apa’an ini!
“Errrmm..” buka saya kemudian.
“Ya??” toleh dia. Baru sadar kalau wajah itu begitu terawatt.
“What’s your role?”
“Oh, associate manager di Jade Cosmetic Company, kenapa?
“Eeerrmm, bukan itu.. in… BED..?” bibir ini saya gigiti lebih dalam.
Dia tersenyum, membuat saya tambah ling-lung, “Bottom. Pure. Kamu sendiri?”
“Sama. Hehehe.” Mimpi yang barusan saya bangun itu seperti habis diterjang tsunami sepuluh meter. Ambil napas pun saya ga sempet! My dear-lord, sampai kapan lagi saya harus menjadi jalang lajang.
“Ah, wait..” badannya maju menjulur ke tubuh saya, lalu tangannya mengulur ke bibir saya. “Ada sisa cream disini..” usapnya pada bibir saya, sangat lembut.
Gosh! I wish he is just what I thought!! Grrr!
By.C