Kamis, 30 April 2009

Chapter 2 : Shoes Theory

July 2nd, 2008

 

Why Single?

“Why not?” jawab saya mantap ketika ditanyai salah seorang teman yang ikut nimbrung di sofa 2+2 kami.

“Gua ga percaya elu udah single.. like… fifteen fuckin months?!” hitung Cyrrus sambil memainkan jarinya.

Saya hanya memainkan alis dan bibir, tanda ‘no comment,deh ah!’-

Saya jadi kesal kalau inbox di Facebook ada pertanyaan “Masih single?”.

Pasti saya balas, “Have u seen my profile? =)” disingkat aja. Nurut sama kampanye GreenPeace buat hemat energi.

Lalu mereka balas, “Hehe. Bohong ah. Kamu cakep, cute, seem nice. Pasti banyak yang antri. Boleh daftar?”

Saya jadi lebih semangat membalas (ingat kan kalo balas dendam crispy rasanya? Haha). “Formulir abis, tunggu taun depan. Itu juga kamu dapet urutan ke 5120. Antrinya di kaki gunung merapi sampai puncak.”

Maunya dibalas begitu, tapi enggak tega. Jadinya jawaban kedua yang dipakai, “Hehehe.. =)” rasanya cukup. Damn, I love GreenPeace!

Kami ber-empat memang lagi single semua.

Keith, barusan di dumped (oops). Cyrrus baru pdkt dan enggak tau itu hubungan juntrungnya kemana entar, ekornya aja belom nampak,ckck..

Si anak kecil ini malah sudah pacaran 12 kali! Dan memecahkan dua rekor lagi : paling lama dua bulan, paling pendek siang jadian, malem putus. Britney harus ngerubah title lagunya jadi, ‘Gimme Whore!’ buat tribute ini anak.

“Emang kalian enggak kesepian? Kalo malem minggu gimana dong? Kalo nangis, yang pinjemin bahu siapa?”

“Oh jadi itu alasan lu punya pacar? Trust us, little baby, we’ve never been lonely, but sometimes we are just horny.” Kami ngakak. “Malem mingguan harus sama BF? Udah coba sama stranger on the bar?  Lebih seru!” lanjut Keith lagi.

“Dan kalo nangis, ada bantal kok.” Tambah Cyrrus. Matthew makin mewek.

“Gampang banget cari pacar? Gua aja baru sekali!” saya ngakak.

“Ya gitu deh.. Gampang suka. Bener kata senior-senior, easy come easy go.”

“Kebanyakan putus kenapa tuh, Matt?” tanya Cyrrus.

“Udah nggak cocok lagi. Udah..”

Saya memotongnya, “Udah nggak suka lagi? Udah ga cinta lagi?” dia diam dan pura2 menyeruput frappe-nya.

“Dikasih jeda kaleeee, Matt! Masa nyandang status single sebulan aja elu engga kuat? YM aja ada status idle’nya…” yak! Mulut ganas Keith beraksi!

“Sekarang lagi pdkt nih, kayanya besok jadian deh. Gimana yah? Padahal baru seminggu kenal, dua kali jalan bareng, dan udah fantasi dia sekali. Kayanya ” Kami bertiga jadi gantian pura-pura menyeruput frappe sambil memandangi dia.

Spesies macam apa pula ini!

 

Which shoes fit on you?

“Sampe kapan single?” tanya Matt lagi kepada saya. Keith segera menawarinya rokok kedua. Penyumpal mulut, peracun paru-paru. Dari dulu dia penasaran seperti apa muka orang yang mati sambil kesumpelan selusin rokok menyala. Oh.. andai rokok itu petasan.

Saya berpikir, memang kenapa kalau single? Ada yang salah? Bukannya tidak laku, tapi menganggap diri over-qualified (huahaha! taik) bagi mereka yang not qualified.

No offense, but… Hey! I do my gym frequently! Makan ga ngawur ! Grooming repot setiap pagi! Wearing nice clothes, nice shoes..! Masa mau dapat yang serampangan?! Mau dapat yang ‘cukur bulu hidung bisa lusa’. Yang pake baju asal comot tanpa melihat lemari dulu. Yang (ngakunya) pergi ke gym tapi yang mekar malah otot mulut sama matanya aja! Bukannya sombong, tapi kita harus menjaga keseimbangan alam, kan? =p

Jadi ingat teori pacar seperti sepatu. Nice foot buys nice shoes. Kaki berbulu lebat plus keriting, jangan ‘beli’ sepatu warna pastel. Kaki mulus nan putih? From now on, put ur high-heels on! Kaki gede dan bau? Flip-flop dulu deh..

Dan perlakukan “your best shoes” dengan extra. Digosokin Vaseline kalo kotor, diganjal busa kalo nganggur, dan dipakai dengan rasa bangga.

Saya tersenyum lebar, jawaban diplomatis ala Miss Universe sudah siap, “Cuz i’m looking for shoes that won’t hurt my feet. Kalo perlu gua jelajahi itu semua toko sepatu buat nyari ‘that shoes’.” And the Mikimoto’s crown goes on me!

“And if I were pair of shoes. I’ll be waiting on the top of rack. With the most expensive tag-price. Nice, comfort and available. But not for sale, until the last of season!” toast to myself!

Baru kali ini Matthew ngakak, dan dia tidak bertanya lagi setelah jawaban ‘ala-kadarnya itu’. “See ya, Blahnik, Choo, and Loubotin..” pamitnya pada kami.

And I’m Loubutin all the way!

 

By.C

Sabtu, 04 April 2009

Chapter 1 : Redefine Love!

June 23rd, 2008

 

I LUST U so much!

Mari kita bicara soal cinta. 

Di spesies saya, ada dua kubu idealis bersilangan bila ditanyai soal apa itu cinta :

Yang tak ingin bercinta dengan dengan orang yang tak dicintainya.

Dan yang bisa bercinta dengan siapapun tanpa embel-embel cinta.

Mereka terbagi menjadi dua karena beberapa mengaku menyesal bercinta tanpa memakai rasa cinta. Beberapa mengeluh karena merasa hanya dicintai saat bercinta. Dan sisanya melenguh puas karena bisa mempermainkan apa itu cinta atas nama bercinta.

Saya bisa menjadi keduanya, tapi entah mengapa rasa penyesalan itu selalu muncul belakangan ketika kami akhirnya tidur berhadapan punggung dan hilang kontak kemudian.

 

“Apa itu cinta?” tanya seseorang pagi2 ke inbox saya.

>> Jawaban Cyrrus yang selalu optimis tentang apa itu cinta.. :

Perasaan ‘Butterfly’ setiap kali melihatnya tersenyum (oke, kalimat-kalimat selanjutnya akan membuat sisik kulit anda menegang). Luapan euforia ketika berada dalam pelukannya. Dan.. Hm.. Perasaan yang tak bisa dijabarkan ketika dia mencium kedua kelopak matamu sambil mengucapkan selamat pagi.

Perasaan dimana semua emosi terfusi menjadi satu, dan menjadi kimiawi dengan rumus L.O.V.E. Persetan itu sex, raport kelakuan, kesalahan-kesalahan, dan hal-hal buruk tentang dirinya. Semua dimaafkan, dan mata jadi buta!

>> Jawaban Keith yang selalu sinis tentang apa itu cinta… :

Well, it was just a temporary butterfly feeling in our heart.. Butterflies.. They just live for like.. 2 weeks, rite? Itupun kalau sayapnya tidak retak terkena badai.. That’s what I called love..

>> Jawaban Chris yang tak mau tahu apa itu cinta :

Cinta. Hmm.. Hanya setumpuk L.U.S.T yang terkemas dengan apik dalam kotak pink, berbungkus rapi, dan diikat pita warna-warni diatasnya. It’s a cute gift, until u know what’s inside the box, fellas!  Ay-ay.. taik lah..

 

I LUST U (more than) I LOVE U

“Aduh ga tau deh, itu cinta, crush, apa ledakan hormon horny aja waktu dia ketemu gua pertama kali?” Keith keheranan.

“Minta love apa lust aja?” kebanyakan pertanyaan ini membuat beberapa pendekatnya memainkan alisnya sambil kebingungan.

Mereka kebanyakan menjawab diplomatis “All I want is you.”

“Redefine YOU! My heart? Or my body? I can’t give you both!”

“I want you. Your heart. Your Love.”

Jawaban yang membuat Keith kegirangan sebentar sebelum akhirnya mereka menyerah dan menjauh dengan sendirinya.

Saya jadi ikut gemas sendiri. Kenapa mereka tidak mencoba jujur. Bila saja mereka menjawab Lust, tentu akan lebih mudah jalan ceritanya. Mereka membuat dunia kami makin rumit saja! Balas dendam yang lembut namun keji bagi kami. Seperti penggantungan dengan benang tipis transparan namun mematikan.

“It was an ugly death-trap! Crap!” pekik Keith lagi.

Tahu begini saya memilih menyesap espresso sambil merokok saja dengan teman-teman saya di suatu sofa 2+2 kami sambil membicarakan ‘siapa dan apa’.

“Gua malem ini mau jalan sama orang, baru kenalan tadi. Wish me luck!” pamit Cyrrus pada kami berdua.

“Siapa?” tanya saya.

“Ada laaah.. detail? Next coffee-time!”

“No sex allowed! Apalagi love.. Euchh..” Keith masih trauma rupanya.

“Lovers.. I wont to making love tonight, relax!”

“Don’t making love. But mocking love. Endlessly!” teriakan Keith barusan langsung jadi quote favorite saya minggu ini.

“I’ll be mocking love , endlessly!”

 

By.C